28.5.08

31 MEI MALUKU FESTIVAL

  • VOOR MEER INFORMATIE, KLIK OP ONDERSTAANDE LINKS:

Testing Indonesia's freedoms

  • Freedom was the rallying call of the mass protests in Indonesia that toppled Suharto from the presidency in 1998.
  • Charged with subversion, Johan Teterissa says "there is no justice"
  • Many of the thousands of political opponents imprisoned under his rule were released after his fall. But, as Al Jazeera's Step Vaessen reports, 10 years on Indonesian's are once again being jailed for expressing their opinions. Locked up for life for waving a flag, independence activist Johan Teterissa is Indonesia's latest political prisoner.
  • The 45-year-old Amobonese managed to get past heavy security when Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia's president, visited the island last June and unfurled an independence flag in his face.
  • Teterissa was immediately arrested, charged with subversion and sentenced to life in prison.
  • And pictures indicate he was not treated kindly.
  • "I was seriously beaten up, they even put a grenade in my mouth. They treated me as if I was a dangerous killer," Teterissa says.
  • But Teterissa is only one of Indonesia's modern political prisoners.
  • For the last 60 years a small group has been demanding independence for Ambon and in eastern Indonesia, more than 40 people are in jail for raising the independence flag.
  • The government denies any crackdown on political opponents.
  • Mohammad Nuh, the minister of communication, said Indonesia does have "freedom of expression now".
  • "But if people are fighting to separate from Indonesia special laws apply. That is a very sensitive issue for us," he added.
  • 'Half-hearted democracy'
  • Teterissa says he was beaten and had a grenade put in his mouthStudents, the heroes of Indonesia's struggle for democracy in 1998, are also feeling the pressure.
  • Fahrur Rohman, now 20, was convicted of insulting the president during a demonstration and sent to prison for three months last year.
  • "Our democracy is only half-hearted. Disguised as democracy the government is still using an iron fist against political opponents," he says.
  • Some feel democracy has brought unprecedented freedom.
  • Political activist Budiman Sudjatmiko was among those released after Suharto was forced from power.
  • A new, more democratic Indonesia has given him the chance to join one of the country's many political parties and he is campaigning for elections next year.
  • "Democracy has given me liberty, I was sentence to 13 years and if Suharto had not stepped down I would still have been in jail," he says.
  • But locked up for life, things look very different to Johan Teterissa.
  • "There is no justice. We are sentenced as separatists. Can they prove this? We never took up arms, the only thing we did was to show a flag."
  • As the country struggles with its new found freedom, some in Indonesian have found that old habits die hard.

13.5.08

Dari Satu abad Gereja Bethel Aboru, Ruhulessin: Ssbagai gereja tertua di Maluku, Aboru harus jadi panutan

  • 13-Mei-2008, Harian Mimbar Maluku - Ambon
  • Ambon,MM.- Mungkin banyak orang belum mengetahui dengan jelas, bahwa Gereja Bethel, Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Aboru, merupakan gereja pertama di Maluku. Sebagai gereja pertama yang lahir sebelum berdirinya GPM pada tahun 1935. Sebagai gereja tertua, jemaat dan masyarakat Aboru, mesti menjadi patokan bagi seluruh masyarakat di Maluku. Hal ini disampaikan Ketua sinode GPM, Pdt Dr Jhon Ruhulesin, saat memberikan sambutan dalam acara 100 tahun Gereja Bethel Jemaat GPM Aboru.
  • Kepada jemaat Aboru, Ruhulesin juga menyentil soal kondisi jemaat dan masyarakat Aboru yang jika selama ini diidentikan dengan kekerasan, kini harus menjadi pemersatu bagi masyarakat lainnya. Dalam acara yang dihadiri oleh ribuan masyarakat Aboru serta gandong Latu Hualoy, Boy dan Kariu, acara dikemas dalam tema “Aboru Kumpul Basudara”. Acara ini sendiri merupakan hasil persidangan dan Rekomnedasi sidang XXVII Jemaat GPM Aboru tahun 2007. Tujuan mensyukuri karya allah bagi negeri dan jemaat GPM Aboru, memupuk solidaritas sebagai anak negeri, serta melakukan pemulihan terhadap negeri dan jemaat Aboru. Acara yang Aihadiri oleh Gubernur Maluku, Wakapolda Maluku, Danrem 151 Binaya, Muspida Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), serta seluruh masyarakat Aboru di seluruh penjuru dunia.
  • Pdt Nick Taberima dalam khotbahnya mengatakan usia 100 tahun bagi seseorang adalah adalah meruapakan usia tua rentah, diusia demikian Jemaat Aboru diminta memperbaharui diri serta memanusiakan diri. Memaknai rumah kita sebagai Bethel rumah Allah.
  • Jhon Sinay, warga Aboru kediaman Bali, yang mewakili warga Aboru perantauan saat didaulat mengatakan warga Aboru kini seakan dibenci oleh sebagian orang, Sinay meminta dalam kesempatan tersebut agar Gubernur dan Kapolda serta Pangdam agar dapat menerima masyarakat Aboru yang ingin mengabdikan diri sebagai anggota TNI maupun Polri, diiringi deraian air mata, sinay meminta agar semua komponen mencintai Warga Aboru sebagaimana warga lainnya dalam masyarakat.
  • Gubernur Maluku dalam sambutannya menyatakan, kini semua warga Aboru baik yang tinggal di Aboru maupun yang diperantauan bukan Cuma bangga dengan sejarah yang ada namun memaknai peringatan 100 tahun ini sebagai wdah berbenah diri menjadi lebih maju.
  • Usai ibadah syukur 100 tahun jemaat GPM Aboru, dilakukan penandatanganan prasasti 100 tahun yang dilakukan Ketua Sinode dan Raja negeri Aboru, S Louhery.
  • Pantauan MM saat acara syukuran 100 tahun tersebut, Nampak beberapa peralatan gereja sudah berusia ratusan tahun diantara benda-benda bersejarah tersebut terlihat cawan perjamuan perjamuan yang telah digunakan tahun 1800, selain itu terdapat juga lampu gas yang digunakan sebelum masuknya Listrik, lampu gas yang diberi lebel tahun 1900. Banyak terdapat pula benda bersejarah lainnya seperti Omin (Kapak), Lopu (parang) dan Tahau serta Baji.
  • Acara yang dilakukan demikian rupa sehingga menggambarkan nuansa masuknyaa gereja pertama di Maluku terssbut. Missal saja, persembahan syukur yang dipungut memnggunakan bakul dan tanggu. Selain itu, sebagai pemungut penrsembahan syukur (kolektan) sengaja mengikut sertakan semua strata dalam masyarakat baik petani mapun pegawai yang lengkap mengunakan pakaian masing-masing. Usai acara dilanjutkan dengan peletakan batu pertama taman bacaan yang berlokasi disamping kompleks gedung gereja Bethel.

Jalan Dan Pendidikan, Butuh Perhatian

  • 13-Mei-2008, Harian Mimbar Maluku - Ambon
  • Ambon,MM.- Demianus Saiya (56), salah satu warga masyarakat desa Aboru yang ditemui Mimbar Maluku (MM) saat berlangsungnya acara 100 tahun gereja Bethel Aboru memintaa pemerintah harus lebih serius perhatikan berbagai infrastruktur yang memprihatinkan di desa. Jalan lingkar Pulau Haruku adalah merupakan jantung perekonomian warga yang belum selesai harus secepatnya diselesaikan. Jalan lingkar kini baru sampai di dusun Naila yang adalah anak desa Aboru sementara penduduk terbanyak itu ada di desa induk sehingga jalan cepat diselesaikan. Bukan hanya itu, pendidikan yang merupakan kebutuhan dasar juga mesti berkembang sama seperti di daerah perkotaan.
  • “katong pung anak-anak pung pendidikan, buku-buku hampir seng ada jadi pemerintah bantu biar katong pung generasi yang lulus dikampung ni pung wawasan sama deng anak-anak kota lai,” ungkap Saiya penuh harap. Baginya masalah kesehatan termasuk baik karena sekalipun terdapat puskesmas namun pelayanan kesehatan masih tetap berjalan dengan baik.
  • Lisa Akihary (31), yang ditemui disela-sela kesibukan mengantar anaknya untuk mengisi salah satu tarian dalam acara mengatakan “memang semua hal butuh perhatian tapi masalah pendidikan harus dapat porsi lebih karena pendidikan anak sering diidentikan dengan masa depan dan masa depan adalah kesejahteraan supaya katong sanang” ujar ibu dua anak yang pernah mengecap pendidikan sampai pada perguruan tinggi ini.
  • Ditanya soal, kebutuhan mendesak dalam kehidupan masyarakat yang masih didambakan masyarakat Aboru, kedua warga masyarakat ini mengaku bahwa untuk kebutuhan dasar memang lumayan baik. Saiya sambil mengajak MM untuk masuk dalam rumah yang berdinding beton yang berukuran cukup luas, sambil memutar kran air minum, Saiya mengatakan untuk kebutuhan akan air tidak masalah, mungkin Cuma pendidikan yang masih butuh perhatian.
  • Sejenak MM mencoba mengelilingi desa Aboru, Nampak jalanan bersih serta semua jalan yang ada ditengah Aboru adalah jalan rabat beton. Itu berarti pendidikan memang sangat diperlukan masyarakat Aboru.(cost)

1.5.08

Bali bomber to take second wife

  • BALI bomber Amrozi plans to take a second wife during a ceremony at his island prison next month, despite the death sentence hanging over his head. The so-called smiling assassin, who grinned throug... (photo: AP / Achmad Ibrahim)
  • RE: Cakalele - dancers dapa hukuman seumur hidup par kasi lia katong bandera bangsa, la Amrozi yg. ada hubungan deng BOM Bali masi hidup sanang di penjara. Dasar Indon. negara hukum sempalan,pengadilan sempalan,hukum sempalan, hakim sempoyongan. God bless the Moluccas. Mena !