30.6.07

SBY Disuguhi Bendera RMS

MANUVER SEPARATIS: Salah seorang pengibar bendera RMS di depan Presiden SBY kemarin (foto). Mereka menyusup sebagai penari dalam acara perayaan ke-14 Hari Keluarga Nasional di Ambon.
-----------------------
AMBON - Kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) menembus pejagaan ketat pengamanan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka mengelabui aparat dengan cara menyamar sebagai penari dalam acara peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-14 yang dihadiri SBY di Lapangan Merdeka, Ambon, Jumat kemarin.
--------------
Penyusup yang beranggota 28 pemuda itu membawa tarian cakalele. Begitu berada di depan RI-1, para pemberontak tersebut mengibarkan bendera RMS.
---------------
Mereka masuk lapangan saat Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu memberikan sambutan. Polisi dan Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden) tidak bereaksi karena mengira para pemuda itu adalah salah satu pengisi acara resmi. Para anggota separatis tersebut membawa tombak, parang, dan tifa (gendang). Meski merupakan replika dari kayu, tombak dan parang itu berujung lancip dan tajam. Penari melangkah hingga delapan meter dari jarak panggung kehormatan, tempat presiden berada.
-------------------
Awalnya, pengunjung yang memadati sisi kiri dan kanan panggung juga tidak terlalu curiga. Bahkan, sempat ada yang bertepuk tangan menyambut tarian dinamis itu. Maklum, tarian yang mereka bawa adalah tarian Cakalele yang sangat populer di kalangan masyarakat Maluku. Tarian itu adalah tarian perang untuk menggambarkan pengawalan terhadap Pattimura.
----------------------
Aparat baru bereaksi saat selembar bendera RMS seluas 20 x 40 cm jatuh dari tifa. Rupanya, mereka menyimpan bendera tersebut dalam tifa untuk mengelabui petugas. Salah seorang penari langsung memungut bendera dan mengibarkannya ke arah podium kehormatan.
-----------------
Melihat aksi penari itu, Paspampres langsung maju ke depan. SBY sendiri sempat berdiri. Kapolda Maluku Brigjen Pol Guntur Gatot Setiyawan yang duduk di tribun kehormatan turun langsung ke lapangan menghalau penari. Ketika aparat masuk lapangan, pemuda RMS itu lari berhamburan ke berbagai arah, berusaha meninggalkan lokasi Harganas. Personel keamanan lantas mengejar para pemuda itu. Mereka dapat diringkus, kemudian dibawa ke Polda Maluku dan Polres Ambon.
-----------------
SBY kecewa berat dengan kejadian di depan matanya itu. Saat memberikan sambutan sebelum membaca teks tertulis, presiden memerintah aparat keamanan melakukan investigasi. "Saya minta untuk dilakukan investigasi, mengapa acara yang miliki tujuan mulia ini harus terganggu oleh kegiatan tadi," ujarnya.
-------------------
Ditegaskan, harus ada sanksi tegas karena Indonesia adalah negara hukum. "Apabila ada rencana yang justru menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban, tentu ada aturan hukum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah itu," tegasnya.
-----------------
SBY mengaku beberapa hari sebelumnya memang telah mendapatkan informasi soal bendera RMS. "Atas info itulah, sesungguhnya saya sampaikan acara itu harus dipersiapkan dengan baik, jangan sampai ada pihak yang tidak bertanggung melakukan kegiatan yang tidak baik," pintanya.
-------------------
Presiden menyerahkan sepenuhnya pengusutan dan penyelesaian kasus ini kepada aparat berwenang. "Kalau ada yang ganggu keutuhan NKRI, atas nama konstitusi, harus berikan tindakan yang tegas dan tepat. Ini tidak bisa ditawar lagi. Keutuhan bangsa, negara persatuan dan kesatuan, harus tetap dijunjung tinggi dan ditegakkan," tegasnya lagi.
-------------------
Dipersiapkan Matang
-------------------
Diduga ada anggota panitia yang sengaja memuluskan langkah penari liar itu masuk ke ring-1 pengamanan presiden. Ambon Ekspres (Grup Jawa Pos) melihat, sebelum memasuki lokasi perayaan Harganas, penari Cakalele yang bertelanjang dada itu menari-nari mengitari depan Polsek Sirimau, Kantor Wali Kota Ambon, dan Kantor Kejaksaan Tinggi Maluku, kemudian masuk ke lokasi Harganas.
-----------------
Setelah digeledah, ditemukan beberapa bendera RMS dan umbul-umbul RMS berukuran lebar 10 sentimeter dan panjang 20 sentimeter, yang diselipkan dalam celana dalam penari. Hingga tadi malam, polisi mengamankan 32 orang yang terkait dengan insiden itu. Mereka masih diperiksa.
--------------------
Sebagian besar pelaku berasal dari Desa Aboru, Maluku Tengah, dan merupakan residivis dalam kasus makar terhadap NKRI. Polisi juga menciduk salah seorang pentolan Forum Kedaulatan Maluku (FKM) RMS Simon Saiya. Pimpinan Legislatif FKM RMS itu diciduk sekitar pukul 21.00 WIT di kawasan Batu Gantung Dalam. Kaki tangan Sekjen FKM RMS Alex Manuputty itu ditangkap tanpa perlawanan.
---------------------
Setelah menciduk pelaku, polisi menggerebek salah satu rumah di kawasan Mardika yang digunakan sebagai lokasi rapat untuk mematangkan rencana pengibaran bendera RMS. Di rumah itu, polisi menyita selembar dokumen RMS, tertanggal 29 Juni 2007. Dokumen itu ditandatangani Simon Saiya.
--------------------
Alex Malawauw dan Joni Sinay, dua di antara penari, menuturkan, tarian Cakalele itu disiapkan sejak beberapa hari lalu. "Kami telah latihan menari Cakalele lima kali di Desa Aboru untuk tampil di perayaan itu (Harganas)," bebernya di Mapolres Ambon.
-------------------
Mereka mengaku telah rapat dua kali untuk mematangkan rencana tersebut. Tempatnya di Desa Aboru dan pagar seng di kawasan Mardika, Ambon.
-------------------
Rapat dipimpin oleh Johan Teterisa alias Yoyo yang bertindak selaku koordinator penari. "Johan juga yang melatih kami menari dan mengajak kami untuk tampil di Harganas," jelas Malawauw, seraya menambahkan Johan adalah seorang guru SD di Desa Aboru.
-----------------------
Sinay mengatakan, penari yang dilibatkan 28 orang. "Bendera kami peroleh dari Johan sebanyak empat bendera. Dan yang memerintah kami, selain Johan, juga Simon Saiya," tambah Sinay.
----------------
Para pelaku berada di Kota Ambon sejak Selasa (26/6) dari Desa Aboru. Sebelum beraksi, Alex mengaku para pelaku berkumpul di pelataran Gereja Maranatha. "Itu atas perintah Johan Teterisa. Jadi, kami hanya ikut ketika disuruh berkumpul dan berganti pakaian di situ," ujar Alex.
------------------
Kapolda menolak dikatakan ring-1 kebobolan. "Kecolongan tidak ada, sudah berusaha maksimal. Kami ditipu. Mereka (pelaku) katakan merupakan tim tari yang datang terlambat. Artinya, tidak muncul sejak tadi pagi. Mereka baru datang saat pidato gubernur. Yang jelas, aksi itu tidak pengaruhi kunjungan SBY," ujar jenderal bintang satu ini. (jpnn/ambon ekspres)

Tidak Ada Toleransi bagi Gerakan Separatis

Tidak Ada Toleransi bagi Gerakan Separatis Kelompok RMS Beraksi di Depan Presiden ----- Ambon, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dapat memaklumi adanya penyusupan acara lain di luar jadwal dalam peringatan Hari Keluarga Nasional Ke-14 di Ambon, Jumat (29/6). Namun, toleransi tidak diberikan jika acara susupan itu memiliki tujuan separatisme yang mengoyak bangunan NKRI. ------- "Kalau ada acara yang mengganggu keutuhan kita sebagai bangsa dan negara, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atas nama konstitusi tentu kita harus memberikan tindakan tegas dan tepat. Ini tidak bisa ditawar-tawar lagi," ujar Presiden di podium tinggi dan megah yang berdiri di tepi Lapangan Merdeka di depan Kantor Gubernur Maluku, Jumat. -------- Saat Presiden berbicara di podium menenangkan, para penari ditangkap dan diamankan di depan gerbang yang semula tak terjaga. "Saya persilakan pejabat negara dan pimpinan daerah yang bertanggung jawab atas semuanya itu menyelesaikan dengan sebaik-baiknya," ujar Presiden. -------- Kepada para elite, para pemimpin, dan para tokoh masyarakat, Presiden berpesan agar dalam menyikapi perbedaan tidak digunakan cara-cara tidak baik. Jika perbedaan disikapi dengan cara-cara tidak baik, Presiden kasihan kepada rakyat yang ingin damai, tertib, dan hidup rukun berdampingan. ------- Terhadap penyusupan itu, Presiden langsung memerintahkan dilakukan investigasi. Perlu dicari tahu kenapa penyusupan bisa terjadi tanpa halangan. "Beberapa hari sebelumnya, saya memang mendapatkan informasi. Atas informasi itulah sesungguhnya saya sampaikan agar acara itu dipersiapkan dengan baik. Jangan sampai ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan tujuannya pun tidak baik mengganggu tertibnya acara," ujarnya. ------- Ketua Bidang Politik DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan, "Kejadian tersebut adalah penghinaan yang nyata terhadap Presiden, pemerintah, dan Negara Kesatuan RI." ------- Di Jakarta, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menilai aksi aktivis Republik Maluku Selatan (RMS) pada acara Hari Keluarga Nasional di Ambon merupakan bentuk pelanggaran yang harus dikenai tindakan hukum. Berbicara kepada pers seusai shalat Jumat di Istana Wapres, Kalla mengatakan, adakalanya pekerjaan maksimal yang dilakukan aparat keamanan tidak membuahkan hasil optimal. ------ "Ya, kadang-kadang, ada saja yang nyelonong-nyelonong seperti itu. Kan, ini juga pernah terjadi ketika Presiden AS George Bush bertemu Presiden China Hu Jintao di Gedung Putih, tiba-tiba ada yang berteriak dari kelompok Falun Gong. Padahal, itu di Gedung Putih? Itu saja, kan, lolos," ujar Wapres. ------ Menurut Wapres, kasus itu tidak akan berdampak besar. "Itu hanya satu atau dua orang saja yang berjibaku. Saya yakin tidak akan punya dampak besar secara keseluruhan." ------- Lolos dari pengamanan -------- Bendera benang raja, simbol kelompok RMS, lolos dari pengamanan pengawal Presiden dan sempat muncul di tengah Lapangan Merdeka, Ambon. Bendera masuk ke lingkaran satu pengamanan Presiden melalui 28 aktivis RMS yang menyamar sebagai penari cakalele, tarian selamat datang khas Maluku. -------- Kemunculan para penari cakalele di tengah lapangan sejak awal sudah mengundang kecurigaan. Mereka masuk bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek apa adanya. Mereka masuk saat Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu berpidato dalam peringatan Hari Keluarga Nasional Ke-14. -------- Para penari sempat beraksi selama 10 menit di tengah lapangan dengan formasi huruf U. Di tengah guyuran hujan, mereka menari tarian perang dengan parang dan tombak kayu di tangan. Mereka lalu berhenti dan menunggu gubernur selesai berpidato. ------- Para peserta Hari Keluarga Nasional melihat sejumlah aparat keamanan berkemeja batik menghalau mereka. Kepala Polda Maluku Brigjen (Pol) Guntur Gatot Setyawan turun dari podium dan mengusir para penari itu. -------- Saat digiring ke luar lapangan itulah, salah seorang penari mengeluarkan bendera benang raja dari dalam lubang alat musik tifa. Bendera sempat terbentang meski tidak penuh. Terlihat warna biru dan merah khas benang raja. Dua anggota Paspampres yang berada di dekat mereka merebut bendera itu. ------- Para penari berlari ke luar lapangan sambil melompat-lompat, mengacungkan pedang kayu, dan meneriakkan yel-yel untuk pendirian negara RMS. Rangkaian kejadian itu disaksikan sekitar 4.000 peserta Hari Keluarga Nasional dari seluruh Indonesia dan sejumlah duta besar. -------- Para aktivis gerakan RMS digiring petugas ke jalan di samping Lapangan Merdeka. Mereka dibawa ke Markas Polda Maluku sebelum diinterogasi di Markas Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease. -------- Saat penangkapan sempat terjadi kontak fisik antara aparat keamanan dan aktivis. "Jangan pukul. Kami hanya ingin menunjukkan kami ada. Kami ingin memperoleh kedaulatan. Itu saja," teriak Jeremias Saija, salah seorang aktivis RMS. ------- Di sela-sela penangkapan itu, Jeremias sempat mengatur para aktivis untuk kembali ke Lapangan Merdeka. Misi mereka menyebarkan selebaran berbahasa Belanda kepada tamu asing. Selebaran itu berisi sembilan pasal, dua di antaranya ajakan memisahkan diri dari NKRI dan menuntut polisi dan TNI dikeluarkan dari Maluku. ------- Hingga Jumat petang polisi menangkap 28 aktivis RMS, 10 di antaranya ditahan di Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease. Sebanyak 18 orang lainnya ditahan di Markas Detasemen Khusus 88. Polisi sempat menggeledah rumah Alex Manuputty, tokoh RMS yang bermukim di Amerika Serikat, tetapi tak menemukan atribut RMS. ------ Sebulan lalu ------ Abraham Saija, salah satu tersangka yang ditahan di Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, kepada wartawan mengatakan, penyusupan itu sudah direncanakan sebulan lalu. ------ Terkait insiden para penari simpatisan RMS, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Sisno Adiwinoto mengatakan, polisi tidak bisa dianggap kecolongan. Menurut Sisno, justru karena polisi cermat, 28 penari RMS itu bisa segera diamankan. ------ Namun, pengajar Program Pascasarjana Kajian Ilmu Kepolisian UI Bambang Widodo Umar mengatakan, insiden itu menunjukkan lemahnya fungsi intelijen di tubuh Polri. ------- Dalam konteks yang berbeda, sekitar 25 mahasiswa asal Maluku menggelar aksi demonstrasi di halaman DPRD Kota Malang, kemarin. Mereka mengecam aksi sekelompok pemuda Maluku yang menunjukkan dukungan pada gerakan separatis RMS saat kunjungan Presiden di Maluku. (ANG/INU/HAR/SF/ODY/MZW)

29.6.07

Aksi Separatisme Berkedok Cakalele

AGUNG SETYAHADI --------------- "Keluarkan itu! Sebarkan ke tamu asing," teriak Jeremias Saija (27). Ia salah satu dari 28 aktivis Republik Maluku Selatan atau RMS yang mempertontonkan tarian cakalele secara liar di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon, Maluku, Jumat (29/6) pagi. Seketika, orang-orang tanpa baju itu merogoh selebaran dari sebuah kantong plastik biru muda. Isinya, seruan makar terhadap Negara Kesatuan RI dan menuntut pengosongan Maluku dari TNI dan Polri. Salah seorang di antara mereka mengeluarkan selembar bendera benang raja, lambang perjuangan gerakan RMS. ------------------- Pengakuan Jeremias saat diinterogasi aparat di Markas Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease, Jumat siang, sedikit menyingkap masalah ini. Jeremias dan rekan-rekannya ingin eksistensi RMS diakui. Mereka menilai kehadiran Presiden sebagai momen tepat untuk menunjukkan eksistensi itu. ------------------ Abraham Saija (23), rekan Jeremias Saija, mengakui, ia dan teman-temannya tidak dibayar oleh siapa pun untuk menyusup ke acara itu. Gerakan itu semata-mata demi pengakuan atas eksistensi mereka. Mereka tidak takut akan tindakan tegas aparat, termasuk penangkapan. --------------------. Aksi ini menunjukkan betapa longgarnya pengamanan kunjungan seorang kepala negara. --------------------- Mengapa cakalele? ---------------------- Ide awal aksi muncul sejak sebulan lalu di Desa Aboru, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, Maluku. Namun, baru Kamis malam, sehari sebelum upacara Hari Keluarga Nasional (Harganas) berlangsung, strategi menyamar sebagai penari cakalele diputuskan. ------------------ Tarian itu dipilih karena secara kultural memiliki "aura" untuk "menghipnotis" orang-orang, termasuk aparat, jadi permisif. Maklum, tarian cakalele merupakan tarian perdamaian khas Maluku yang lazim diperagakan di depan tamu agung. ------------------ Cakalele melambangkan etos perjuangan Kapitan Pattimura. Peluang inilah yang dimanfaatkan para aktivis RMS. Mereka memanfaatkan misi luhur cakalele demi mengelabui aparat. Kesenian rakyat itu menjadi kendaraan yang mengantar mereka ke depan Presiden. ------------------ Mengingat acara Harganas di Maluku tak lepas dari misi membangun rekonsiliasi sosial, tarian itu dianggap sangat pas. Jeremias dan kawan-kawan sudah memperhitungkan hal itu. ----------------- Petugas diperkirakan tak terlalu hirau jika tiba-tiba ada aksi yang melibatkan puluhan orang dalam kemasan adat. Tifa, alat musik tradisional, berikut pedang dari kayu, adalah perangkat adat yang diperkirakan kuat untuk mengecoh aparat. ----------------- Abraham Saija, satu dari 28 tersangka itu, mengatakan ide penyusupan melalui tarian cakalele digagas koordinator gerakan, Yoyok Teterisa. ------------------ Alhasil, strategi mereka berhasil mengecoh aparat keamanan. Sebelum acara dimulai, pintu lokasi acara memang dijaga ketat aparat keamanan. Namun, setelah Presiden hadir dan acara dimulai, penjagaan mengendur. Hujan yang turun sejak pagi mungkin menggoda para aparat keamanan untuk berteduh. ------------------- Kehadiran para aktivis RMS sebetulnya bisa mengundang kecurigaan. Maklum, busana dan aksesori mereka tidak mencerminkan penyemarak acara yang dipersiapkan panitia. Para penari bertelanjang dada dengan celana pendek sehari-hari. Tak tampak atribut penari cakalele seperti celana merah, ikat kepala merah, dan riasan wajah. -------------------- Sebelum masuk lapangan, para penari sempat dicegat polisi yang berjaga di perempatan Jalan AY Patty. Jalan itu berada di depan Lapangan Merdeka. Mereka bergerak ke arah Balaikota Ambon di samping lapangan Merdeka sambil terus menarinari. Penari berbelok di samping Kantor Gubernur Maluku menuju ke Gereja Maranatha. ------------------- Anehnya, dari arah itu mereka bisa masuk ke Lapangan Merdeka dan menembus penjagaan aparat keamanan yang terdiri atas kepolisian, TNI, dan Paspampres. Mereka masuk ke tengah lapangan melalui jalan selebar sekitar 5 meter di samping podium para tamu undangan di sisi timur podium utama. Saat itulah sekitar 4.000 peserta peringatan Harganas tersadar, ada usaha penyusupan RMS. --------------------- "Saat masuk, kami tidak dilarang. Kami dibiarkan masuk. Kalau tidak boleh masuk, kami tidak akan memaksa," ungkap Jeremias. Ia bahkan masih sempat mengatur siapa saja yang akan membawa selebaran sebelum kemudian disita polisi....

Daftar Pembentang Bendera RMS

Ambon - Hingga saat ini polisi Maluku masih memeriksa 28 orang penari cakalele yang membentangkan bendera RMS di sela tariannya, Jumat (29/6/2007). Sebanyak 10 orang diperiksa di Mapolres Ambon, sedangkan 18 lainnya diperiksa di Densus 88 Malpolda Maluku. Adapun nama para pemuda yang beraksi di depan Presiden SBY itu antara lain: --------------------------

1. Nus Malawauw ,2. Yoyo Teterissa, koordinator penari 3. Johni Sinay 4. Johni Riry 5. Stevi Saiya 6. Merky Riry 7. Peter Saiya 8. Bobi Saiya 9. Seli Malawauw 10. Ruben Saiya 11. Johanis Saiya 12. Sias Sinai 13. Tete Akihary 14. Johni Saiya 15. Frejohn Saiya 16. Curlis Riry 17. Yoyo Saiya 18. Leko Mendrik 19. Samuel Hendrik 20. Ferdinand Rajawaru 21. Elfana Saiya 22. Melki Sinai 23. Yakobis Sinai 24. Piter Yohanis 25. Marten Saiya 26. Abraham Saiya 27. Mercy Riry ---------------------------

Semuanya adalah warga Desa Aboru, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Polisi juga menciduk raja beta (kepala desa) Hutumuri karena diduga terlibat dalam insiden RMS tersebut. (nrl/umi)

RMS "Menyambut" Kehadiran Presiden di Ambon

Ambon: --------------- Kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Lapangan Merdeka Ambon, Maluku, Jumat (29/6) pagi, dalam memperingati Hari Keluarga Nasional "disambut" anggota gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS). Puluhan orang yang menyamar sebagai penari tradisional mendekat ke Presiden Yudhoyono dan berusaha membentangkan bendera RMS. ------------------ Awalnya puluhan pemuda yang tidak mengenakan kaos dan mengenakan ikat kepala berwarna merah ini diduga bagian dari pengisi acara. Namun panitia maupun pasukan pengawal presiden baru sadar para penari itu adalah penyusup setelah berusaha mendekat ke Presiden Yudhoyono dengan membawa perlengkapan menari berupa kayu yang berujung runcing. ------------------- Petugas langsung mengamankan para penari yang akan mengibarkan bendera. Namun bendera tersebut jatuh karena berusaha diambil paksa petugas. Kini, para pelaku masih dimintai keterangan di Markas Kepolisian Daerah Maluku. Sementara acara tetap dilanjutkan dengan pengamanan lebih ketat. Presiden akan meninggalkan Maluku petang nanti.(JUM/Bimo Cahyo dan Juhri Samaneri) Zie video

28.6.07

EU weert Indonesische vliegtuigen

De Europese Commissie beschouwt alle luchtvaartmaatschappijen uit Indonesië als onveilig. Garuda en de kleinere maatschappijen komen allemaal op de zwarte lijst die in de Europese Unie wordt gehanteerd. -------------------------- Vanaf volgende week mogen Indonesische toestellen het Europese luchtruim niet meer in. Dat heeft weinig praktische betekenis, omdat er vanuit Indonesië nu niet op Europa wordt gevlogen. -------------------------- De plaatsing op de zwarte lijst is ook een waarschuwing om buiten de EU niet met Indonesische toestellen te vliegen. Ook maatschappijen uit Oekraïne en Angola komen op de Europese lijst.

23.6.07

3 Kapal Perang Amankan SBY

M Hanafi Holle - detikcom ------------------------------------- Ambon - Kunjungan Presiden SBY ke Ambon 29 Juni nanti kembali mendapat pengawalan superketat. Selain ribuan personel polisi dan TNI, tiga kapal perang KRI juga disiapkan. Namun belum diketahui nama ketiga KRI itu. -------------------------------------- Tiga titik yang menjadi sasaran pengamanan kapal perang KRI itu adalah Laut Buru, Laut Sulawesi dan Laut Papua. "Ketiga KRI ini akan berada pada tiga perairan itu, menjaga adanya ancaman dalam kunjungan Presiden dalam rangka Hari Keluarga Nasional (Harganas) nanti," ujar Komandan Lantamal IX Ambon Laksamana Pertama TNI Bambang Supeno, kepada detikcom, di Kompleks Lantamal Ambon, Selasa (19/6/2007). -------------------------------------- Pengamanan ini, kata Bambang, atas permintaan Gubernur Maluku Karel Alberth Ralahalu. -------------------------------------- Kapolda Maluku Brigjen Guntur Gatot Setiawan kepada wartawan, menyatakan pihaknya telah menyiapkan sedikitnya 20 ribu personel polisi dan TNI untuk mengamankan jalannya Harganas. "Kami juga di-back up pihak TNI untuk mengamankan jalannya Harganas," tandas Kapolda. -------------------------------------- Kabid Humas Polda Maluku AKBP Tomy Napitupulu kepada detikcom menuturkan, lokasi puncak Harganas di Lapangan Merdeka juga telah disterilkan aparat keamanan. Seluruh aktivitas warga, seperti olahraga maupun berdagang pun dihentikan. (han/nrl)

Tujuh Anggota RMS Ditangkap

22/06/2007 05:36.
----------------------------
Anggota kelompok separatis RMS saat diringkus, Maluku.
-----------------------------
Sejumlah anggota RMS diringkus polisi di Ambon, Maluku, ketika sedang menyiapkan puluhan Bendera Benang Raja. Bendera simbol perjuangan RMS ini diduga akan dikibarkan saat Presiden Yudhoyono datang ke kota ini. -----------------------------
Liputan6.com, Ambon: Sebanyak tujuh anggota kelompok separatis Republik Maluku Selatan diringkus petugas Kepolisian Daerah Maluku, Kamis (21/6). Lima di antaranya diringkus di kawasan Benteng Atas, Ambon. Sebagian lagi dicokok saat melakukan rapat di sebuah rumah di Dangker Malawaw dan yang lainnya ditangkap polisi di Batu Meja. -------------------------------
Polisi menyita sejumlah dokumen, amunisi serta puluhan Bendera Benang Raja yang merupakan simbol perjuangan RMS. Mereka mengaku tengah menyiapkan 350 bendera yang akan dikibarkan saat kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon, 29 Juni nanti. Presiden datang ke kota ini menghadiri peringatan Hari Keluarga Nasional. Para tersangka beserta barang bukti kini masih diamankan di Markas Polda Maluku. (IAN/Tim Liputan 6 SCTV)

Puluhan ”Benang Raja” Disita

AMBON - Puluhan lembar bendera RMS (Republik Maluku Selatan) disita dari dua lokasi berbeda di Maluku kemarin. Di Benteng Atas Kecamatan Nusaniwe, Ambon, personel Polda Maluku menemukan 59 lembar bendera RMS berukuran 30 x 20 sentimeter persegi. Selembar lainnya berukuran 70 x 60 sentimeter disita dari Batu Meja. ---------------------------------- Polisi juga menangkap lima pemilik bendera tersebut. Di tempat tinggal kelima orang itu juga ditemukan potongan-potongan kain yang akan dijadikan bendera yang dikenal dengan sebutan Benang Raja tersebut. ---------------------------------- Rinciannya, 125 potongan kain merah, 306 potongan kain hijau, 281 potongan kain biru, dan 290 potongan kain putih. Di lokasi yang sama, polisi menemukan sejumlah dokumen RMS yang disimpan bersama bendera serta potongan kain di kamar tidur. ---------------------------------- Potong-potongan kain tersebut diperkirakan akan dibuat 350 lembar bendera RMS. Plt Kabidhumas Polda Maluku Kompol Djoko Susilo mengungkapkan, penyelidikan sedang dilakukan untuk mengungkap motivasi pembuatan ratusan lembar bendera tersebut. ----------------------------------- Penangkapan kelima orang itu mengejutkan warga sekitar. Menurut warga, mereka baru menetap di daerah itu setahun terakhir. "Kami tidak kenal mereka. Memang mereka sering terlihat melintasi kampung kami. Tapi, mereka bukan asli warga sini," ungkap Sumiati dan sejumlah warga Salobar Jalan Baru kepada wartawan. (SAO/jpnn)

20.6.07

Spijt Molukkers over gijzeling

Spijt Molukkers over gijzeling door onze correspondentBOVENSMILDE - Twee Molukse gijzelnemers die dertig jaar geleden betrokken waren bij de gijzeling van schoolkinderen in het Drentse Bovensmilde, hebben voor het eerst spijt betuigd voor hun daden. Dat deden ze tijdens een nog niet uitgezonden documentaire van EO Visie en Netwerk, waarbij de daders een verzoening hebben met twee slachtoffers. ------------------------------------ De Molukkers Tom Polnaya (links) en Gustaaf Tehupuring hebben gewetenswroeging over hun deelname aan de gijzeling van schoolkinderen in het Drentse Bovensmilde in 1977. Foto: Dick Vos --------------------------------------- Molukkers Tom Polnaya en Gustaaf Tehupuring pleegden hun daad destijds uit volle overtuiging, omdat ze wilden dat de Nederlandse regering de vrije Molukse Republiek zou erkennen. De twee vielen samen met enkele vrienden in 1977 de school in Bovensmilde binnen. De gijzeling eindigde op 11 juni 1977 en de gijzelnemers werden gearresteerd. -----------------------
Het is voor het eerst na tientallen jaren dat een gijzelnemer het woord 'spijt' of 'excuses' in de mond neemt. EO Visie en Netwerk brachten de twee mannen dertig jaar na hun daad in Westerbork voor een verzoeningspoging in contact met twee vrouwen die destijds - als jonge meisjes - gegijzeld werden. In de documentaire, die dinsdag 26 juni door Netwerk wordt uitgezonden en nu in grote lijnen is te lezen in EO Visie, zegt Gustaaf Tehupuring: "Ik werk net als Tom bij de zondagsschool en houd vreselijk veel van kinderen. Het wordt tijd dat ik de kinderen van toen mijn excuses aanbied." --------------------------
Ook Tom Polnaya maakt voor de camera zijn excuses tegenover deze twee slachtoffers. "Mijn geweten knaagde en ik wil jullie onze spijt betuigen. Ik hoop dat dit gebaar de twee volkeren weer nader tot elkaar zal brengen

16.6.07

Ontwikkelingshulp geen Alternatief voor Vrijheidsstrijd

Ontwikkelingshulp geen Alternatief voor Vrijheidsstrijd. --------------------------- Groningen, 15-6-2007 --------------------------- In de kop van het onderstaande artikel uit TROUW, 12-6-2007, wordt ontwikkelingshulp aan de Molukken voorgesteld als HET alternatief van de nu levende generaties Molukkers voor de RMS-vrijheidsstrijd. Of dit ook de mening is van de geïnterviewden Eli Rinsampessy en Trientje Tatipikalawan, of zelfs van de journalist George Marlet, dat is de vraag. De redactie van TROUW heeft het ervan gemaakt, EN WIJ ZIJN HET DAAR NIET MEE EENS. --------------------------- Ongetwijfeld zijn er Molukkers die persoonlijk liever hun energie en geld steken in humanitaire/sociale/economische hulp aan Maluku, dan aan de vrijheidsstrijd (lobbyen voor de onafhankelijkheid/soevereiniteit), maar dat wil niet zeggen dat ze de vrijheidsstrijd overbodig vinden. --------------------------- Anderzijds mag de RMS-Regering in Ballingschap wel eens wat actiever zijn op het gebied van de humanitaire hulp. Ze kan zich er, om mee te beginnen, positief over uitspreken. Verder kan ze een rol gaan spelen bij de coördinatie van economische en humanitaire projecten in Maluku. En tot slot kan ze ook zelf speciale economische projecten in Maluku beginnen, onder de RMS-vlag. Daar is op de discussiemiddag DJIWA RMS in Bovensmilde op 11-6-2007 ook om gevraagd. --------------------------- Natuurlijk kan dit alleen maar lukken als de RMS-regering voldoende bestuurskracht en fondsen ter beschikking heeft, en als de NKRI niet tegenwerkt. Dus zo gemakkelijk is het niet, als de intentie en de daadkracht op het te proberen maar aanwezig is. --------------------------- De RMS-strijd bestaat niet alleen maar uit lobbyen. Ook het onderhouden van intensieve contacten met onze volksgenoten in Tanah Air Maluku, en het ondersteunen van hen op allerlei manieren, ook sociaal/economisch, hoort erbij. Economische hulp kan en moet een vast onderdeel van de RMS-strijd worden. Natuurlijk moet er daarbij wel voor gewaakt worden dat niet de bezetter van Maluku, de NKRI, daarvan profiteert in plaats van de bevolking. Maar als de RMS de slag te pakken heeft, KAN SOCIAAL/ECONOMISCHE HULP ZELFS EEN GESCHIKT MIDDEL ZIJN IN HAAR VRIJHEIDSSTRIJD. ----------------------------- Deze ontwikkeling is al gaande, maar ze is slechts in een pril stadium. Er is nog een lange weg te gaan om een volwaardige, moderne RMS-strategie te ontwikkelen, waarin ook de sociaal/economische hulp een passende plaats heeft. --------------------------- Selamat Berdjuang, Secr. Gerakan Maluku.

15.6.07

Tommy Soeharto eying oil palm business in Maluku

Ambon (ANTARA News) ------------------------------- National businessman Tommy Soeharto (youngest son of former President Soeharto) is eying a oil palm potential in Maluku which has areas with bright prospect for the business, a local official has said. -------------------------------- "When I was in Jakarta last week, Tommy`s staff member contacted me and said he (Tommy) is eying the prospect of the oil palm business in Maluku," the province`s deputy governor Memet Latuconsina said here Monday. ----------------------------- Memet said he hailed Tommy`s interest to invest in Maluku as it would also make other domestic and foreign investors confident in the province which has been conducive to all activities following the social conflict which broke out in 1999. ----------------------------- He pointed that the province is rich in natural resources with bright business prospects. ----------------------------- "So, we welcome Tommy and other investors to sink their capital in Maluku. The local administration will give various facilities and simplify licensing for their businesses in the province," he said. ----------------------------- The deputy governor said Eastern Seram district for the first stage provided a 80,000-heactare plot of land for oil palm plantations. ------------------------------ Meanwhile, Western Seram district has for the first phase provided an investor from China with a 30,000-hectare plot of land for oil palm businesses. ----------------------------- A number of national and foreign businesspeople are interested to invest in Maluku which is rich in various natural resources of high economic values like in the fishery sector. ----------------------------- "Thus, the Maluku administration needs to develop more facilities and infrastructures as well as making a `one-gate` management besides guranteeing a climate conducive to investment," he said. ------------------------------ ANTARA noted that a number of foreign ambassadors from Russia, the Netherlands and Japan and other countries have visited Maluku to explore possible cooperation in various fields, especially in the fishery and marine affairs sector. ------------------------------ nico souisa