17.10.06

TABAOS Aktivis Maluku

TABAOS --------------- Kepada Yang Terhormat Basudara bangsa Maluku di Belanda yang kami kasihi. ------------------------------------------------------ Salam dari kami, sesama bangsa Maluku yang ada di Tanah Air. ------------------------------------------------------ Ada beberapa kabar yang kami ingin sampaikan melalui surat ini mengenai keadaan pergerakan yang bangsa Maluku sudah perjuangkan selama berpuluh tahun. Kabar-kabar yang ingin kami sampaikan ini merupakan perkembangan politik represif Neo-Kolonial Republik Indonesia terhadap kawasan timur dari Indonesia yang semakin hebat dan semakin dirasakan dampaknya oleh semua masyarakat kawasan timur Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kitorang punya pergerakan karena issue ini dapat kita pergunakan untuk kepentingan kitorang dalam memperjuangkan suatu Tanah Air Maluku yang berdaulat, berarti yang terlepas dari segala bentuk penindasan. Aksi-aksi represif dari Neo-Kolonial Republik Indonesia, yang mengakibatbatkan sengsara, penderitaan dan kerugian bagi masyarakat Maluku waktu kerusuhan di Maluku (1999-2003), saat ini sudah dirasakan dan dimengerti oleh saudara-saudara kita di kawasan timur Indonesia yang lain (diluar Papua dan Maluku, yang notabene selama ini lebih pro-RI) sebagai suatu tindakan yang perlu dilawan secara bersama-sama, apalagi aktor serta penyebabnya tidak pernah diungkapkan kepada publik. Pemerintah NKRI lebih memilih menyembunyikan fakta, dan tragedi kekerasan tidak pernah dipertanggungjawabkan oleh negara secara politik. Hal inilah yang kemudian memunculkan gagasan untuk membentuk suatu Solidaritas Pergerakan diantara masyarakat kawasan timur Indonesia, yaitu ‘SOLIDARITAS MASYARAKAT PAPUA, MALUKU, SULAWESI UTARA, SULAWESI TENGAH DAN NUSA TENGGARA TIMUR UNTUK KEADILAN DAN KEMANUSIAAN’. Adapun aksi represif yang terakhir dari Negara Indonesia, yang akhirnya memicu terbentuknya Solidaritas Pergerakan bersama timur Indonesia tersebut, adalah kasus hukuman mati terhadap tiga orang timur Indonesia (Poso-Sulawesi Tengah) : Fabianus Tibo, Marinus Riwu, Dominggus Da Silva. Mereka didakwa dalam pengadilan RI sebagai provokator dari kerusuhan di Poso-Sulawesi Tengah tahap III. Namun sangat disayangkan, ternyata pengadilan yang dilaksanakan mulai dilaksanakan pada periode januari 2001 sampai oktober 2001 (pada tingkat pengadilan negeri sampai pengadilan tinggi) merupakan pengadilan yang pura-pura dan menutupi kebenaran yang ada. Perlu diketahui bahwa proses pencarian keadilan bagi tiga saudara yang telah di hukum mati tersebut sudah sampai pada tingkat pengajuan grasi kepada presiden. Namun segala proses yang telah dijalani tetap mendapati jalan buntu karena disinyalir ada kepentingan politik dari Negara ini untuk menindas kawasan yang selama ini dianggap sebagai bagian dari wilayahnya (kawasan timur). Pada tanggal 18 September 2006 Solidaritas Masyarakat kawasan timur Indonesia menyelanggarakan seminar ‘Indonesia Timur dan Nasib NKRI’ di Jakarta. Mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid menjadi pembicara utama dalam acara yang juga dihadiri oleh tokoh-tokoh dari masyarakat kawasan timur Indonesia, diantara juga para aktivis dan mahasiswa Maluku. Dalam pidatonya Wahid mengungkap bahwa sejak merdeka belum pernah ada demokrasi di Negara Indonesia. Beliau mengaku merasa sedih mendengar ada tuntutan membuat wilayah baru atau merdeka dari daerah. “Saya menangis kenapa Indonesia tercabik-cabik. Papua ingin merdeka. Saya menangis, bukan marah, saya mengerti sebabnya karena tidak ada keadilan di Jakarta. Kalau ada teman-teman yang minta merdeka, saya tidak salahkan, walaupun tidak terima,” demikian Abdurrahman Wahid. ------------------------------------------------------- Oleh karena itu, kami yang ada di tanah air, merasa perlu untuk mempergunakan momen ini sebagai suatu starting point lagi untuk kitorang punya pergerakan. Ini adalah suatu strategi baru bagi kitorang untuk mencapai TUJUAN KITA BERSAMA, yaitu suatu Tanah Air Maluku yang berdaulat dan bebas dari segala bentuk penindasan. Kami ingin menyampaikan ini kepada basudara semua yang ada di negeri Belanda untuk dapat memahami bahwa strategi yang kita gunakan harus tetap dinamis seturut dengan perubahan keadaan politik global. ---------------------------------------------------- Bersamaan dengan surat ini, kami melampirkan beberapa documen foto-foto tentang seminar yang telah kami jelaskan di atas. Demikian surat ini kami kirim kepada seluruh masyarakat Maluku di Belanda melalui Juru Bicara Ketua Harian Presidium FKM-RMS Ambon/Maluku di Belanda, atas perhatian dari basudara samua kami sampaikan hormat kami. ----------------------------------------------------- Mena Muria, ----------------------------------------------------- Aktivis-Aktivis Maluku ----------------------------------------------------- Ambon, Jakarta, 2 Oktober 2006 ----------------------------------------------------- Kontak & Info Juru Bicara Ketua Harian Presidium FKM-RMS Ambon/Maluku di Belanda Email: alifuru@casema.nl Tel. +31 (0)6-23307474 Fax +31 (0) 84 759.0162 ----------------------------------------------------- BEBERAPA DOKUMEN FOTO-FOTO SEMINAR Mantan Presiden RI, K.H. Abdulrachman Wahid (Gus Dur) Selaku Keynote Speaker didampingi Ismail Bauw, Ketua Badan Pekerja Solidaritas Masyarakat Papua, Maluku, Sulut, Sulteng dan NTT ------------------------------------------------------ Pada session I, para panelis atara lain (kiri-kanan); Prof. Dr. Thamrin Tamagola, Dr. Laode Ida, Drs. Berty Rehanwarin, Dipl. Oek. Engelina Pattiasina, Thaha Al Hamid (Sekjen Presidium Dewan Papua). ------------------------------------------------------

Gus Dur sedang memberikan keterangan pers didampingi oleh Engelina Pattiasina dan Dr. Ignas Irianto

----------------------------------------------------------------

Aktivis Maluku yang khusus datang dari Ambon untuk mengikuti seminar. (kiri-kanan) Bob Pessuarisa, Peter Patihawean, Buce Hahury S.H., Lambert Akyuwen S.H. ----------------------------------------------------------- Basudara Muslim Maluku yang juga hadir dalam seminar, sama-sama satu tujuan dalam memperjuangkan masa depan Maluku Yang bebas dari Aktivis Maluku (mahasiswa) dari Bandung yang juga di undang dalam seminar, duduk satu meja dengan bpk. Lambert Akyuwen S.H. dan Hj. Fauziah Abdulah (tokoh Sulawesi Tengah) ---------------------------------------------------------------- Peserta diskusi mengikuti keynote speech yang disampaikan oleh Gus Dur dengan seksama. -----------------------------------------------------------