15.4.06

Porkot Ambon Setelah 430 Tahun

Hamja & Yosi - Harian Suara Maluku, Ambon ----------- PEKAN Olahraga Kota (Porkot) Ambon pertama, Sabtu (1/4), dibuka secara resmi oleh Walikota Ambon Drs M.J. Papilaja MS di Stadion Mandala Remaja Karangpanjang Ambon. Sedikitnya 1104 atlet dari 21 cabang yang berasal dari tiga kecamatan di kota ini, mengambil bagian sekaligus membela keharuman nama kecamatannya. Selain Walikota turut hadir pula Wakil Walikota Syarif Hadler, Kapolres Pulau Ambon AKBP Leonidas Braksan serta undangan lainnya. Pembukaan yang ditandai dengan pemukulan tifa serta pelepasan sejumlah burung merpati dan balon. Ada pula pembakaran obor Porkot oleh mantan atlet Maluku yang berprestasi nasional dan internasional yakni Merry Rikumahua dan Stev Mainake, keduanya dari cabang atletik. Api obor tersebut diambil dari Gunung Sirimau tepatnya di Desa Soya, kemudian diarak-arakan keliling kota secara estafet. Meski Kota Ambon sudah pernah menjadi tuan rumah even olahraga multi cabang seperti Porwil Iramasuka sejak 1970-an, Porwil Pelajar se Indonesia Timur, Kejurnas berbagai cabang, sepakbola dan tinju internasional, bahkan even tinju bergengsi pertama kali yakni Sarung Tinju Emas (STE) pada tahun 1976 dan even-even lainnya, namun Porkot masih kedengaran ''aneh'' di telinga masyarakat ketika kegiatan tersebut belum dilaksanakan. Apa pasalnya? Ini lantaran meskipun Kota Ambon nyaris sama tua dengan Jakarta yakni 430 tahun dan sudah belasan walikota silih berganti, namun baru kali pertama adanya sebuah even antar kecamatan yang melibatkan banyak cabang dalam suatu pekan olahraga. Memang, kalau cabang tinju, sepakbola, atau yang tradisional seperti hela rotan dan perahu manggurebe sudah sering antar kecamatan atau kampung. Tapi, Porkot merupakan momen sejarah kota ini. Suka atau tidak suka. Kebijakan Walikota Drs M.J. Papilaja MS selaku Ketua KONI Kota Ambon dengan program olahraganya Ambon Gemilang dan melaksanakan Porkot I, merupakan sebuah terobosan bersejarah dan sosok yang memperhatikan eksistensi generasi muda dalam bidang seni dan olahraga. Sebab, selain Porkot, dirinya juga menghadirkan pra audisi Indonesia Idol di Ambon. Hasilnya? Tujuh wakil Ambon yang audisi di Jogjakarta lolos ke babak nominasi di Jakarta. Obsesi Papilaja, Kota Ambon yang merupakan Ibukota Provinsi Maluku, harus menjadi pelopor olahraga di kota ini. Sehingga dilaksanakan Porkot dan ini juga sekaligus untuk memperebutkan lambang supremasi Ambon Gemilang 2006. Menurut panitia, jumlah atlet yang akan berlaga sebanyak 1104 atlet yang terdiri dari, kecamatan Baguala 442 atlet, Sirimau 351 atlet, Nusaniwe 311 atlet. Mereka akan mengikuti 21 cabang olahraga. --------- BANGGA -------- Sementara itu, mantan atlet yang pernah mengharumkan nama Maluku dan Indonesia di even nasional dan internasional Merry Rikumahu, merasa bangga setelah berhasil menyelesaikan kepercayaan yang diemban kepadanya yakni membakar obor Porkot Ambon yang pertama bersama rekannya Stev Mainaky yang juga mantan atlet. "Beta bangga karena berhasil menyelesaikan tugas bakar obor Porkot," katanya. Sikap bertanggungjawab terukir di wajahnya ketika menerima obor dari enam orang mantan atlet lainnya. Merry dan Mainaky dan diikuti oleh enam orang lainnya berlari mengelilingi stadion Mandala Remaja. Setelah satu putaran mereka berdua langsung menuju tempat pembakaran obor Porkot. Mendekati empat trap terakhir, Merry terlihat tak sanggup lagi, namun semangatnya terhadap kebangkitan olahraga di kota ini, tetap membara sehingga dia tetap berusaha melanjutkan tugasnya. "Usi Merry masi sanggup kaseng?," tanya Mainaky. "Beta harus bisa demi masa depan olahraga daerah ini," ujar Merry. Atlet yang sekarang usianya telah mencapai 50-an dan bentuk badan yang terbilang gemuk ini, mengatakan, upaya Walikota Ambon MJ Papilaja untuk memajukan olahraga di kota ini perlu didukung oleh semua pihak. Terutama Porkot, sebab dengan adanya momen seperti ini masyarakat dapat melihat prestasi dari atlet setiap kecamatan. Melihat banyak atlet muda berbakat di kota ini dia yakin, suatu saat kota ini akan melahirkan atlet yang berprestasi internasional sebagaimana mereka pada jaman dulu. Untuk itu, dengan sejuta pengalaman yang didapat ketika berlatih di beberapa negara, dia siap menjadi pelatih. "Kalau dipercayakan untuk jadi pelatih saya siap terapkan berbagai program yang telah tersusun sebagaimana yang saya dapat di berbagai negara," ujarnya. Disinggung tentang perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan mantan atlet, katanya, mestinya jasa para atlet juga diperhatikan terutama masa depan mereka, kalau tidak, selesai terima emas pulang ke daerah narik becak. "Inikan mubazir, sejuta pengalaman yang didapat selama menjadi atlet tak diajarkan kepada generasi yang lain," tuturnya.(**)