15.4.06

Ambon Masih Bermasalah dengan Sampah

08-Apr-2006, Azis Tunny - Ambon ----------- PENANGANAN sampah di Kota Ambon hingga saat ini masih menjadi masalah. Selain karena minimnya sarana dan prasarana, Kota Ambon belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang permanent. Kalaupun ada, itu sebatas TPA alternatif yang kemungkinan bisa dipermasalahkan, karena lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. ---------- Jumlah yang dihasilkan dalam sehari di Ambon, mencapai 360 meter kubik tumpukan sampah. Sedangkan daerah rawan sampah berada di pusat kota, itupun sampah yang baru bisa tertangani hanya 80 persen. ----------- Sebelum tragedi kemanusiaan menghantam Maluku pada Januari 1999, Kota Ambon memang memiliki TPA permanent seluas 10 hektar di Kawasan Air Kuning Desa Batumerah Ambon. Jika difungsikan, TPA ini masih bisa digunakan selama lima hingga sepuluh tahun lagi. Namun karena tragedi tersebut, prasarana TPA yang lengkap dengan perbengkelan, penyaringan saluran hingga tempat pembuangan air limbah yang ada, saat ini sudah tidak berfungsi, bahkan banyak yang telah hilang. ---------- "Selain itu, sebelum kerusuhan di sekitar lokasi tersebut tidak ada pemukiman penduduk. Namun pasca kerusuhan, daerahnya sudah dipadati pengungsi. Masyarakat di sekitar tempat tersebut sudah tidak mau menerima lagi kalau lokasi yang ada kembali difungsikan sebagai TPA," ujar Kepala Dinas Kebersihan dan Kebakaran Kota Ambon, Nick Huwae S.Sos. ---------- Dalam kurun waktu kerusuhan, kata Nick, masyarakat kemudian menggunakan dua lokasi menjadi TPA alternatif. Masing-masing di Kawasan Tanah Rata Desa Batumerah menjadi TPA alternatif untuk pembuangan sampah dari komunitas Islam dan TPA alternatif Gunung Nona untuk sampah dari komunitas Kristen. ----------- "Kedua TPA ini berada di dekat pemukiman penduduk dan jarak dari jalan raya umum hanya beberapa meter. Keduanya ini hanya TPA alternatif padahal sebelumnya semuanya difokuskan ke Air Kuning," jelas Nick. ----------- Khusus untuk TPA alternatif Tanah Rata, karena dekat dengan lokasi tersebut telah dibangun Ksatrian Brimob Polda Maluku dan asrama polisi serta dekat dengan jalan utama di Kota Ambon, maka lokasinya dipindahkan kembali ke TPA Air Kuning untuk sementara waktu. ----------- Sementara di Tempat Pembuangan Ssementara (TPS) Gunung Nona saat ini sudah dikomplain masyarakat sekitar. Karena selain berada dekat pemukiman penduduk, TPA ini juga dekat dengan jalan raya, sehingga asap pembakaran sampah di TPA tersebut menghalangi pandangan mata para pengguna jalan, bahkan seringkali terjadi kecelakaan. Celakanya lagi, jalan tersebut berada tiga meter dari bibir jurang. ---------- "Kita sementara menunggu sampai mendapat lahan baru untuk TPA permanent, baru kedua TPA ini kita hentikan pemakaiannya. Saat ini kita kesulitan mencari lahan baru," kata Nick lagi. ----------- Selain persoalan TPA, dari sejumlah TPS resmi yang disiapkan Pemerintah Kota Ambon pada beberapa titik pemukiman, terdapat juga lebih dari 20 TPS semu. TPS-TPS semu ini bahkan menurut Nick, difungsikan seakan-akan menjadi tempat pembuangan akhir. ------------ Selain masalah TPA, armada angkut sampah yang dimiliki Pemerintah Kota rata-rata sudah tua karena banyak beroperasi sejak tahun 1985. Armada angkut sampah yang dimiliki Pemerintah Kota Ambon yani sembilan Dumtruck dan yang masih berfungsi hanya tujuh unit. Kemudian ada dua truk sampah bantuan dari Pemerintah Belanda, serta pick up Kijang yang juga dipakai untuk angkut sampah. Meskipun setip hari beroperasi, tujuh pick up tersebut harus rawat jalan karena kondisi fisik kendaraan sudah tua. --------- "kita mengalami kesulitan juga karena minimnya armada. Kalau kita dapat tambahan 5 saja truk sampah, barangkali akses penanganan sampah di Ambon akan sedikit terbantu," lanjut Nick, sembari menambahkan untuk tenaga buruh kebersihan di Ambon ada 236 orang, yang terdiri dari buruh sampah, buruh sapu, buruh berem, buruh tanam dan buruh roil. ------------ Masih menurut Nick, saat ini Pemerintah Kota Ambon tengah menjalin kerja sama dengan UNDP untuk bersama-sama menangani sampah di Ambon. Kerja sama tersebut yakni pihak UNDP menyediakan disinator, alat untuk pembakaran sampah.